Menilik Wae Rebo: Desa Adat di Atas Awan Pegunungan Flores

Bagikan artikel ini

Daftar isi

Desa adat Wae Rebo

Daftar isi

Pernahkah kamu membayangkan tinggal di sebuah desa terpencil di atas pegunungan dengan listrik terbatas dan tanpa sinyal?

Pengalaman seperti itu bisa kamu rasakan langsung di desa wisata Wae Rebo yang berada di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Meskipun akses menuju desa ini cukup menantang, Wae Rebo menawarkan keindahan alam yang memukau serta kekayaan budaya yang masih terjaga dengan baik. 

Desa ini bahkan telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Lewat Private Tour bersama Ayogogo, kamu bisa menyelami keindahan Wae Rebo secara lebih fleksibel dan eksklusif.

Sebelum merencanakan perjalanan ke sana, yuk kenalan lebih dekat dengan pesona Wae Rebo yang autentik dan menenangkan.

Lokasi dan Cara Menuju Desa Wae Rebo

Wae Rebo adalah kampung adat yang berada di ketinggian sekitar 1.126 mdpl, dikelilingi oleh pegunungan dan hutan tropis yang lebat.

Secara administratif, desa ini terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. 

Lokasinya berada di Pulau Flores dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo.

Baca Juga: Pantai Ora, Permata Tersembunyi di Maluku yang Memesona

Untuk mencapai Wae Rebo, perjalanan biasanya dimulai dari Labuan Bajo, dilanjutkan ke Ruteng, lalu menuju Dintor dan Denge.

Denge merupakan desa terakhir yang bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 6,5 km, yang memakan waktu sekitar 2โ€“3 jam pendakian.

Keunikan Desa Wae Rebo yang Membuatnya Istimewa

1. Rumah Adat Mbaru Niang yang Ikonik

Dua buah rumah adat Mbaru Niang

Setibanya di sini, kamu akan melihat deretan rumah adat berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang. 

Rumah-rumah tersebut dibangun tanpa paku, hanya menggunakan tali dan kayu, dengan seluruh permukaannya tertutup atap dari ilalang lontar.

Yang membuatnya unik, Mbaru Niang terdiri dari lima tingkat, dan masing-masing punya fungsi tersendiri:

  • Tingkat 1 (lutur/tenda): tempat tinggal keluarga besar.
  • Tingkat 2 (lobo/loteng): menyimpan makanan dan barang.
  • Tingkat 3 (lentar): menyimpan benih untuk musim tanam.
  • Tingkat 4 (lempa rae): cadangan makanan saat musim kemarau.
  • Tingkat 5 (hekang kode): tempat persembahan untuk leluhur, dianggap paling sakral.

2. Surga di Atas Awan

Berlokasi di ketinggian, desa adat Wae Rebo sering diselimuti kabut tipis yang membuatnya tampak seperti berada di atas awan.

Dikelilingi hutan tropis yang lebat, keindahannya semakin lengkap dengan suasana yang sejuk dan menenangkan.

Tak heran jika desa ini mendapat julukan sebagai โ€œsurga di atas awan.โ€

3. Warisan Budaya dengan Segudang Penghargaan

Kabut tipis yang menyelimuti Wae Rebo

Wae Rebo telah menerima berbagai penghargaan bergengsi yang semakin menegaskan betapa berharganya budaya dan arsitektur desa ini di mata dunia.

Beberapa di antaranya meliputi:

  • Award of Excellence dari UNESCO Asia-Pacific Awards for Heritage Conservation 2012 di Bangkok โ€“ penghargaan tertinggi untuk pelestarian warisan budaya.
  • Anugerah Desa Wisata 2021, kategori Daya Tarik Wisata, dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
  • ASEAN Community-Based Tourism Award 2023 โ€“ pengakuan atas praktik pariwisata berbasis komunitas terbaik di kawasan Asia Tenggara.

4. Kehidupan Tradisional dan Atraksi Budaya

Atraksi budaya Rangkuk Alu

Masyarakat Wae Rebo masih menjalani kehidupan yang sangat tradisional. Tanpa sinyal, tanpa internet, dan dengan akses listrik yang terbatas, mereka tetap menjalankan aktivitas sehari-hari dengan kearifan lokal.

Sebagian besar warganya adalah petani, dengan hasil utama seperti singkong, jagung, kayu manis, vanila, dan kopi. 

Mereka juga menenun kain secara tradisional dan terus menjaga adat istiadat warisan leluhur dengan penuh penghormatan.

Sebagai wisatawan, kamu bisa menginap di rumah adat dan merasakan langsung kehidupan masyarakat setempat. 

Selama 1 hingga 2 hari, kamu akan tinggal bersama warga, berinteraksi, serta belajar tentang tradisi dan keseharian mereka.

Tak hanya itu, kamu juga bisa menyaksikan beragam atraksi budaya, seperti tari Tiba Meka, tari Caci, dan Rangkuk Alu, yang menggambarkan semangat kebersamaan dan nilai-nilai tradisional.

Jika beruntung, kamu juga bisa menyaksikan ritual adat Penti, sebuah upacara tahunan yang sarat makna dan menjadi bagian penting dari budaya Wae Rebo.

5. Prosesi Penyambutan Wisatawan (Waeluโ€™u)

Sebelum kamu jelajah Wae Rebo lebih jauh, akan ada prosesi penyambutan yang disebut Waeluโ€™u, yang berlangsung di rumah utama atau Mbaru Gendang.

Tradisi ini wajib diikuti sebagai bentuk penghormatan dan permohonan izin kepada leluhur. 

Prosesi ini mencerminkan betapa masyarakat Wae Rebo menjunjung tinggi adat istiadat dan begitu ramah terhadap tamu.

Dalam upacara ini, kamu akan didoakan agar mendapat keselamatan dan kebaikan selama tinggal di desa. 

Setelah itu, kamu juga akan disuguhi kopi khas Flores sebagai simbol sambutan hangat dari warga setempat.

6. Trekking dan Jelajah Alam

Milky way di atas langit desa adat Wae Rebo

Hutan lebat di sekitar Wae Rebo menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi. 

Kamu bisa melakukan trekking sambil menikmati panorama alam yang masih sangat terjaga, serta menjumpai berbagai flora dan fauna endemik khas pegunungan Flores.

Jangan lupa untuk selalu kembali ke desa maksimal pukul 4 sore demi keamanan, mengingat jalur cukup menantang dan minim penerangan.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Tersembunyi di Danau Toba yang Jarang Diketahui

Sepanjang perjalanan, kamu bisa berfoto di alam terbuka dan ikut menjaga kelestarian warisan alam ini dengan tidak merusak ekosistem di sekitar.

Menjelang malam, langit Wae Rebo menyuguhkan pemandangan milky way yang bisa kamu lihat dengan mata telanjang. Momen ini menjadi penutup sempurna dari petualanganmu di desa yang luar biasa ini.

7. Pengelolaan Desa Adat yang Berbasis Komunitas

Desa Wae Rebo hanya dihuni oleh sekitar 7โ€“8 keluarga inti yang hidup dalam suasana kekeluargaan yang sangat kental. 

Semangat gotong royong dan keterhubungan antarwarga menjadi ciri khas kehidupan di desa ini.

Untuk menjaga nilai-nilai budaya dan adat yang diwariskan turun-temurun, desa adat ini dikelola oleh Lembaga Pelestari Budaya Waerebo (LPBW) sejak tahun 2007, lalu resmi diakui pada tahun 2012.

Struktur LPBW sendiri melibatkan 8 orang tetua adat dari delapan garis keturunan sebagai penasihat, serta beberapa pengurus lainnya yang membantu menjalankan berbagai program pelestarian.

Fasilitas yang Tersedia di Desa Wae Rebo

Beberapa Mbaru Niang yang ikonik

Meskipun berada di daerah pegunungan yang terpencil, Wae Rebo tetap menyediakan berbagai fasilitas dasar untuk menunjang kenyamanan para wisatawan.

Beberapa fasilitas yang tersedia antara lain:

  • Jungle trekking
  • Aula pertemuan
  • Kamar mandi umum
  • Toko souvenir
  • Tempat makan
  • Spot foto
  • Pos jaga

Penutup

Wae Rebo menyuguhkan pengalaman wisata yang tak terlupakan, dengan kehidupan tradisional yang masih terjaga hingga kini.

Dengan ikut tinggal dan berbaur bersama masyarakatnya, kamu bisa merasakan atmosfer yang menenangkan dan jauh dari keramaian kota.

Ditambah lagi, pesona alam di sekeliling desa sangat memukau, lengkap dengan atraksi budaya yang bisa kamu saksikan langsung di tempat asalnya.

Bersama Ayogogo di Private Tour, kamu bisa menjelajahi Wae Rebo dengan itinerary yang nyaman, fleksibel, dan dipandu langsung oleh tim lokal yang berpengalaman.

Yuk, jelajah desa adat Wae Rebo dan rasakan sendiri keajaiban yang ditawarkannya

Kategori:
Menulis, meriset, dan menginspirasi. Words that work, stories that stick!

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jadi yang pertama dapat info promo dan update

Bagikan artikel ini

Langganan Buletin Kami

Dapatkan info terbaru & promo spesial langsung ke email kamu!

Email Subscription Form